Haruskah Orang Tua Waswas Jika Anak Mulai Bersikap Centil?
TABLOIDBINTANG.COM - Katanya, mempunyai anak perempuan itu menyenangkan. Masih bayi yang kemerah-merahan saja, mereka sudah bisa didandani. Entah itu dipakaikan bando berpita, gelang kaki bergemerincing, hingga baju-baju ala princess. Seiring mereka bertumbuh, anak-anak perempuan pun mulai menunjukkan perilaku khasnya, centil.
Proses belajar meniru
Tidak perlu menunggu mereka benar-benar dewasa, baru berusia 3 atau 4 tahun saja, perilaku centil anak perempuan sudah bisa terlihat. Sudah mulai sering mencoba-coba sepatu hak tinggi ibu, ikut mengoleskan lipstik ke bibir mungilnya, pakai pewarna kuku, meminta anting-anting yang lucu, dan sebagainya. Atau bisa juga tanda-tanda centil terlihat dari gerak tubuh. Misal, menunjukkan gaya yang berani ketika difoto, berjalan dengan sedikit berlenggak-lenggok, hingga tertawa sambil menutup mulut dengan sebelah tangannya. Sungguh perilaku yang tidak mencerminkan anak kecil sewajarnya.
“Anak adalah peniru ulung. Jadi, apa yang dia ekspresikan, merupakan hasil belajarnya dari lingkungan sekitar,” buka Vera Itabiliana, psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia. Maka yang harus dilakukan orang tua, salah satunya, adalah memeriksa tontonan yang biasa mereka lihat. Periksa apakah sudah sesuai dengan usia atau tidak. “Karena centil yang seperti penggambaran di atas, bisa jadi karena anak sudah melihat sesuatu yang bukan untuk usianya.”
Sebetulnya, perilaku bermain peran menirukan orang-orang dewasa di sekitarnya, untuk anak-anak usia balita, wajar terjadi. “It's a part of learning process,” ujar Vera.
Anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan peran dewasanya kelak. Anak perempuan tentu akan mengidentifikasikan dirinya dengan sosok perempuan dewasa di sekitarnya. Baik itu yang secara langsung berinteraksi dengannya atau melalui media seperti televisi.
“Perilaku yang ditiru biasanya didapat anak dari hasil belajarnya, bahwa ada perilaku tertentu yang mendapat perhatian dari lingkungan sekitarnya. Nah, perilaku yang mendapat perhatian cenderung akan diulang oleh anak. Termasuk centil tadi,” sambungnya.
Kapan perlu merasa khawatir?
Di satu sisi, orang tua senang kalau anak perempuan mereka menunjukkan perilaku-perilaku yang sangat khas perempuan. Di sisi lain, orang tua mulai merasakan kekhawatiran, apakah kecentilan anak akan terus dibawa hingga dewasa? Rasanya riskan sekaligus deg-degan membayangkan anak-anak perempuan kita kelak ketika remaja (atau bahkan hingga dewasa dan tua) tetap berperilaku centil.
“Biasanya, sih tidak (berlanjut hingga dewasa),” bilang Vera. “Tapi, tergantung bagaimana lingkungan memberikan perhatian pada perilaku atau hasil karya anak yang jauh dari kecentilan atau penampilan fisik semata. Jadi orang tua harus menggali dan memberi perhatian terhadap bakat lain anak,” lanjutnya.
Kesalahan yang banyak terjadi, menurut Vera, yaitu orang tua yang ketika mendapati anaknya sudah centil melebihi usianya, malah
“mendukung” dengan kerap memberikan pakaian-pakaian yang bergaya dewasa, membelikan perlengkapan makeup betulan, dan lain-lain. Menjadi lebih tinggi lagi kemungkinan centil tidak akan hilang ketika orang tua justru bangga atau bahkan memberi pujian atas perilaku centil anak. Otomatis anak akan merasa itu sebuah prestasi yang perlu terus diasah dan dilanjutkan.
“Orang tua mulai perlu khawatir ketika anak centil ini juga mudah dekat dengan orang yang baru dikenal,” Vera mengingatkan.
Hal ini tidak terlepas dari fenomena banyaknya predator seks anak yang berkeliaran di luar sana. Mempunyai anak perempuan yang sedikit tidak ramah rasanya lebih menenangkan. “Terutama jika mereka pun sudah bergaya dan berdandan melebihi usianya,” imbuhnya.
Termasuk di dalamnya, anak-anak yang dipakaikan baju dewasa oleh orang tuanya, seperti rok mini, hot pants, atau tank top.
Walau ada satu hal dari kecentilan yang bisa digali menjadi potensi, yaitu sikap percaya diri, alangkah lebih baik jika anak-anak sedini mungkin diarahkan ke arah yang lebih positif, ketimbang sekadar centil.
“Paling terpenting, waspadai contoh, tontonan, dan tidak memberikan reward kepada kecentilan ini atau mendukung dengan membelikan baju gaya dewasa atau memberikan makeup kepada anak. Alihkan anak kepada potensi mereka yang lain,” pungkas Vera.